- Kaligrafi: Omaislam - |
Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk mengabarkan bahwa ia kini adalah seorang Muslim, hingga memicu kekhawatiran serta kemarahan kaum kafir Quraisy dan membuatnya menjadi bulan - bulanan kaum Quraisy. Berkat pertolongan Abbas bin Abdul Muthalib, ia selamat dan suku Quraisy membebaskannya setelah mereka mengetahui bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir seluruh pertempuran-pertempuran selama Nabi Muhammad hidup.
Abu Dzar al-Ghifari pernah berdialog dengan Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam dialog tersebut Abu Dzar al Ghifari memohon agar Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam memberian kepadanya beberapa wasiat, maka Rosulullah pun memberikan delapan nasehat berharga kepadanya.
Abu Dzar AlGhifari berkata kepada Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepadaku.” Maka Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda :
1. Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena taqwa adalah pokok dari segala urusan.
Taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah SWT, baik perintah untuk melaksanakan (Amr) maupun perintah untuk meninggalkan (Nahy). Taqwa perupakan puncak dari segala aktivitas ibadah seorang hamba yang berkaitan dengan Iman, Islam dan Ihsan. Al Quran Surat Al Baqorh menjelaskan kriteria seorang muttaqin yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, selalu mendirikan sholat dan menginfakkan sebagian dari harta mereka di jalan Allah.
Abu Dzar pun kembali meminta “Ya Rasulallah tambahkanlah, wasiat apalagi yang penting setelah taqwa.” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :
2. Hendaklah engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada Allah, karena keduanya merupakan cahaya bagimu di bumi dan simpananmu di langit.
Membaca al Quran dan berdzikir kepada Allah diibaratkan deposito berharga dalam kehidupan dunia kita, bunganya dapat digunakan untuk menerangi perjalanan kita di dunia, sedangkan tabungannya akan menjadi aset masa depan di kehidupan akhirat nanti. Rosulullah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari al Quran dan (kemudian) mengajarkannya.”
Abu Dzar pun berkata “Ya Rasulullah, tambahkanlah.” Rasulullah menjawab :
3. Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah.
Tertawa bagi kita merupakan hal sepele, namun Rasulullah SAW melihat tertawa sebagai sesuatu yang memiliki dampak psikologis dalam jiwa manusia. Kebanyakan tertawa akan melupakan segala kewajiban sebagai seorang hamba. Rosulullah mengajarkan tawa yang digambarkan dalam sebuah hadits, Abdullah bin al Harits yang mengatakan, ”Tertawanya Rasulullah SAW hanya sekedar senyum.” (HR. Tirmidzi) dan sabda Rasulullah, “Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah.” (HR. Tirmidzi).
Abu Dzar pun berkata kembali “apa lagi ya Rasulullah.?” Rasulullah SAW pun menjawab :
4. Hendaklah engkau berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku.
Arti jihad secara harfiah adalah bersungguh-sungguh. Jihad terbesar dalam kehidupan kita saat ini adalah berjihad dalam mengendalikan hawa nafsu. Ketika selepas perang Badar Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat pun kaget dan bertanya, “Apa jihad besar itu ya Rosulallah?, Rosulullah menjawab, “Jihaad al-qalbi (jihad hati).’ Dalam riwayat lain disebutkan jihad al-nafs”.
Abu Dzar pun kembali meminta “Apa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab:
5. Cintailah orang-orang miskin dan bersahabatlah dengan mereka.
Mencintai dan bersahabat dengan orang miskin merupakan manifestasi dari kemanusiaan seorang hamba. Allah SWT berfirman “Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh {294}, dan teman sejawat, ibnu sabil {295} dan hamba sahayamu.” (An-Nisa’ : 36)
Lalu Abu Dzar pun berkata “Tambah lagi ya Rosulullah.” Rasulullah SAW menjawab:
6. Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya.
Kepentingan manusia sering menjadikan kebenaran membias, di zaman ini kita sulit untuk membedakan mana hak dan bathil, seseorang akan berargumen dengan berbagai alasan pembenaran untuk membernarkan sesuatu yang salah dalam pandangan hukum agama.
Dalam kondisi demikian maka menyampaikan kebenaran merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh seorang hamba, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diantara kalian melihat suatu kemunkaran maka ubahlah dengan tangan (kekuasaan) mu, jika kamu tidak mampu maka ubahlah dengan lisanmu, dan jika tidak mampu juga (maka ubahlah)dengan pengingkaran hatimu, dan disinilah letak lemahnya keimanan seseoran .”
Abu Dzar pun berkata, “tambahkan lagi untukku!.” Rasulullah pun menjawab :
7. Sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia dan engkau membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui).
Salah satu tanggungjawab seseorang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir adalah selalu menasihati dalam hal kabajikan. Sebagaimana firman Allah “dan orang-orang yang saling menasihati akan kebenaran...” (QS. Al Asr : 3)
Kemudian Beliau memukulkan tangannya ke dadaku seraya bersabda,
8. Wahai Abu Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau berfikir, tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri (dari meminta), dan tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang yang baik akhlaqnya.
Inilah delapan wasiat Rasulullah SAW kepada sahabat terdekatnya, Abu Dzar Al Ghifari . Semoga kita dapat menginspirasi dan menjadi pondasi kita dalam menjalani kehidupan dunia ini.
Dikutip dari situs Pendidikan Kewarganegaraan
Download buletin dakwah pada link ini Nasihat Rosulullah kepada Abu Dzar Al Ghifari